Hari kedua di Viet Nam, kami menyerah dengan kehidupan serba menunjuk dan ah-ih-uh-no-yes. Ya, kami cepat menyerah :"
We found a way! Kami mengetuk pintu kamar 205, dan keluarlah dia....
We found a way! Kami mengetuk pintu kamar 205, dan keluarlah dia....
SamAth Oeur, A Cambodian student
Kalimat yang keluar begitu ketemu dia adalah, "Hey, can we find a supermarket around here?"
All he said was, "Okay, 5 minutes"
Dari sini aja ada satu hal yang bisa dipelajari dari sini, ada satu hal yang membedakan orang Indonesia dengan orang luar negeri adalah kesiapannya terhadap sesuatu. Ya, no hard feelings but Indonesian nowadays needs more time to get ready. Janjian zaman sekarang harus direncanakan, tapi begitu harinya, selalu butuh konfirmasi. Contohnya melalui sms, "Bro, jadi gak hari ini? Jam sekian kan?"
That is why people needs to get off from their smart gadgets and back to the old school life trends, kayak janjian lewat telepon, tepat waktu dan lebih banyak berbincang dengan sesama, ketimbang "berbicara" lewat jejaring-jejaring sosial masa kini.
That is why people needs to get off from their smart gadgets and back to the old school life trends, kayak janjian lewat telepon, tepat waktu dan lebih banyak berbincang dengan sesama, ketimbang "berbicara" lewat jejaring-jejaring sosial masa kini.
Back to the-long-supermarket-trip-with-SamAth, even for the first accompany, dia terlalu baik. Masa kami yang "ngajak" dia pergi, dia yg bayar bus :" untung gak dibayarin makan juga, nanti kita yang enak hahaha
The three Laos Students and Hanoi Bus
Tapi apa daya, kami tak punya tenaga. Hello, KFC!
Tapi akhirnya kamipun mulai merasa malas untuk memasak, dengan alasan lain terlalu lapar untuk memasak hahahha akhirnya kami mencoba masakan lokal, yang dijual di sekitar asrama.
Kaget? Ya Vietnamese makannya banyak juga.
But they do love exercising, what a healthy life!
Mereka menyediakan beraneka macam masakan. Mulai dari sayur hingga daging. Ya gak beda jauh dari masakan Indonesia, hanya saja orang-orang Indonesia menyukai makanan yang "agak" pedas. Agak. Karena masakan disini jarang banget yang menggunakan cabai. Makanya gak heran, waktu lihat pelajar Vietnam yang exchange ke kampus kami, makannya agak lebih banyak, tapi menghindari si merah. Dan sayuran disini pun hanya mereka rebus. Berbeda dengan Indonesia yang sukanya masak dengan menumis segala macam sayuran -_- and still, muslims have to be aware of the food. Kalo udah dimasak begini siapa yang tau itu daging apaaa :"
As I've mentioned, people here do love exercising.
Setelah tanggal 19 Agustus 2013, mahasiswa-mahasiswi mulai "pindah" ke asrama lagi. Mereka dari kampung halaman atau setelah menikmati liburan musim panasnya . Beruntung banget International Dormitory gak sepi. Nanti kita ngomong sama siapa? :"
Setiap sore, lapangan atau tanah lapang pasti dipenuhi mahasiswa. Ada yang main volleyball, basket, futsal, bahkan sepak takraw.
Hal ini berarti pemerintahnya berhasil memasyarakatkan olahraga hingga mengolahragakan masyarakatnya.
Kalo kata Maria, orang sini siap perang semua.
Perjalanan menuju supermarketnya memakan waktu sekitar 25 menit, berarti lumayan jauh dari kampus.
Oh ya, untuk yang berjilbab, jangan merasa risih waktu diliatin sepanjang jalan, itu karena mereka belum terbiasa melihat orang yang menutup tubuhnya sedemikian rupa, apalagi saat musim panas, yang notabene paling enak pakai celana pendek dan kutang. FYI, di Hanoi ini, hanya ada satu masjid, dan itu jauh banget dari kampus. Bersyukurlah kami, yang dapat beasiswa ke sini semuanya wanita, gak perlu gelisah kalau gak sempat sholat Jum'at. Dan ini yang memungkinkan sedikit muslim yang bisa ditemukan di Hanoi. Jadi mungkin dengan kombinasi pernyataan di atas, wajarlah mereka kalau lihat kami agak mendetail dari atas sampai bawah.
This is how Savicom Megamall looks like, and we're ready to go to the BigC!!
Selesai makan, baru deh belanja bulanan. BigC gak jauh beda dengan supermarket lain. And finally we felt free to buy things.
But everything has it own charge, even if it is the freedom. Sebebas-bebasnya belanja, kami perlu tahu apa aja yang "bisa" kami makan dan yang enggak. Walaupun Maria beragama Katolik, dia menghormati banget kami yg berjilbab. Dan karena hidup bertiga, kita jadi mempertimbangkan banyak hal terutama makanan. Halal dimakan atau enggak.
We talked also to a Vietnamese woman on the bus
Karena udah tau lokasi mallnya, kami ketagihan. We're all drunk of BigC, I guess. Hahaha
Di minggu pertama, hampir setiap hari kami kesana. Yaaaa mau gimana lagi, awal kehidupan disini terasa sangat menghabiskan uang. Kami perlu membeli kebutuhan sehari-hari, dan Reni juga butuh membeli pakaian sebagai ganti isi koper yang hilang :"
FYI, sebanyak-banyaknya produk Indonesia kayak Kopiko, Energen, Tessa, bahkan kapur barus Bagus yang masuk ke Vietnam. Kita gak dapat menemukan Indomie disini. Sedih, yes. We already hoped too much :"
FYI, sebanyak-banyaknya produk Indonesia kayak Kopiko, Energen, Tessa, bahkan kapur barus Bagus yang masuk ke Vietnam. Kita gak dapat menemukan Indomie disini. Sedih, yes. We already hoped too much :"
And then we decided to make a food storage, untung lantai dua ada kulkasnya. Jadi sayuran bisa lebih awet. Dan kita memutuskan untuk memasak sebagai langkah awal pengiritan huehehhe
The wardrobe food storage.
Tapi akhirnya kamipun mulai merasa malas untuk memasak, dengan alasan lain terlalu lapar untuk memasak hahahha akhirnya kami mencoba masakan lokal, yang dijual di sekitar asrama.
Kaget? Ya Vietnamese makannya banyak juga.
But they do love exercising, what a healthy life!
Mereka menyediakan beraneka macam masakan. Mulai dari sayur hingga daging. Ya gak beda jauh dari masakan Indonesia, hanya saja orang-orang Indonesia menyukai makanan yang "agak" pedas. Agak. Karena masakan disini jarang banget yang menggunakan cabai. Makanya gak heran, waktu lihat pelajar Vietnam yang exchange ke kampus kami, makannya agak lebih banyak, tapi menghindari si merah. Dan sayuran disini pun hanya mereka rebus. Berbeda dengan Indonesia yang sukanya masak dengan menumis segala macam sayuran -_- and still, muslims have to be aware of the food. Kalo udah dimasak begini siapa yang tau itu daging apaaa :"
As I've mentioned, people here do love exercising.
Setelah tanggal 19 Agustus 2013, mahasiswa-mahasiswi mulai "pindah" ke asrama lagi. Mereka dari kampung halaman atau setelah menikmati liburan musim panasnya . Beruntung banget International Dormitory gak sepi. Nanti kita ngomong sama siapa? :"
Setiap sore, lapangan atau tanah lapang pasti dipenuhi mahasiswa. Ada yang main volleyball, basket, futsal, bahkan sepak takraw.
Hal ini berarti pemerintahnya berhasil memasyarakatkan olahraga hingga mengolahragakan masyarakatnya.
Kalo kata Maria, orang sini siap perang semua.
What an awesome life.












Komentar
Posting Komentar