Hal yang paling gue suka dari suasana-sore-hari adalah kegiatan manusia yang mulai melelahkan.
Lelahnya kadang gak sopan.
Lelah karena kerja, belajar atau lelah karena ketawa sama teman-teman seharian.
Lebih menyenangkan lagi kalau untuk melihat suasana itu, kita lagi jalan kaki atau lagi ngabuburit sendiri sambil motoran.
Karena lingkungan gue adalah sekitar kampus, jadi yg bisa kita lihat yaa kehidupan pelajar-pelajar berserakan di jalan dan ekosistemnya. Ada yg baru mau pulang kosan, ada yg lagi beli makanan buat makan malam, ada juga yg baru berangkat rapat, juga ada yg mau pergi main menghabiskan malam nongkrong di tempat kesukaannya.
Kadang, kita cuma bisa lihat dari sudut pandang diri sendiri.
"Aduh, capek banget sih kuliah. Mau nikah aja!"
atau
"Gabut banget di kosan, nongkrong yuk!"
Kadang, kita nggak sadar ada yg lagi bekerja keras di atas semua keluhan kita.
Iya, tentu aja orang tua.
Tapi untuk cerita yang ini, bukan.
Cuma lagi sadar aja. Kalau hidup itu udah ada posisi dan porsi rezekinya masing-masing.
Semakin besar masalah hidup yg ada, semakin tinggi daya juangnya, semakin hebat caranya dia bertahan hidup.
Terima kasih Ayah dan Ibu. Aku jadi bisa jadi yang mengamati dan menulis prosa ini.
Lelahnya kadang gak sopan.
Lelah karena kerja, belajar atau lelah karena ketawa sama teman-teman seharian.
Lebih menyenangkan lagi kalau untuk melihat suasana itu, kita lagi jalan kaki atau lagi ngabuburit sendiri sambil motoran.
Karena lingkungan gue adalah sekitar kampus, jadi yg bisa kita lihat yaa kehidupan pelajar-pelajar berserakan di jalan dan ekosistemnya. Ada yg baru mau pulang kosan, ada yg lagi beli makanan buat makan malam, ada juga yg baru berangkat rapat, juga ada yg mau pergi main menghabiskan malam nongkrong di tempat kesukaannya.
Kadang, kita cuma bisa lihat dari sudut pandang diri sendiri.
"Aduh, capek banget sih kuliah. Mau nikah aja!"
atau
"Gabut banget di kosan, nongkrong yuk!"
Kadang, kita nggak sadar ada yg lagi bekerja keras di atas semua keluhan kita.
Iya, tentu aja orang tua.
Tapi untuk cerita yang ini, bukan.
Nenek-nenek penjual jamu, yg lagi terengah-engah di tanjakan dekat kosan di jalannya pulang ke rumah.
Kakek-kakek pemulung, yg lagi buru-buru ngumpulin barang yang bisa dijual. Karena mulai waktu maghrib penglihatannya udah mulai buram.
Mbak-mbak angkringan yang bingung mau ngasih receh ke pengamen atau nggak, karena sama-sama butuh.
Mas-mas yang mulai buka lapak nasi uduk atau pecel ayam, yg udah mandi tapi harus goreng-goreng terong atau tahu dan tempe jadi mukanya kucel lagi. Tapi pasti dia senang memasak.
Atau adik-adik yang terpaksa ikut orangtuanya jualan di pasar atau menjajakan dagangannya, yang besoknya harus sekolah. Jadi kadang-kadang suka bawa buku, sekalian belajar.Bukan apa-apa sih.
Cuma lagi sadar aja. Kalau hidup itu udah ada posisi dan porsi rezekinya masing-masing.
Semakin besar masalah hidup yg ada, semakin tinggi daya juangnya, semakin hebat caranya dia bertahan hidup.
Terima kasih Ayah dan Ibu. Aku jadi bisa jadi yang mengamati dan menulis prosa ini.
Komentar
Posting Komentar