Kemarin baru mulai sibuk-sibuknya ngurusin surat untuk syarat ujian & yudisium.
Begitu juga sistem keluarnya surat itu. Setelah satu surat kelar, surat lain nunggu untuk diurus.
Kira-kira begini caranya mahasiswa akhir membuang waktunya dengan memikirkan beberapa hal berikut:
1. Ujian nggak akan bisa diadakan kalau surat-suratnya nggak lengkap.
2. Surat nggak akan lengkap tanpa tanda tangan.
3. Tanda tangan nggak akan terbubuhi kalau dosennya nggak ada di tempat.
4. Dosen nggak akan bisa tanda tangan kalau sibuk.
Yah....sibuk.
Ada juga opsi seperti ini:
1. Dosen sibuk, baik, tapi untuk nyocokin jadwal butuh 3-4 hari
2. Dosen baik banget, jadwal udaah ditentuin, tapi tiba-tiba ada undangan formal mendadak, akhirnya terpaksa balik ke poin 1.
3. Dosen nggak sibuk, tapi kemauannya bikin kita jadi sibuk.
4. Dosen nggak sibuk-sibuk banget, baiiiiiik banget, tapi rezekinya kita bukan dosen yg itu.
OKE. Balik ke judul.
Yg mau gue ceritain di tulisan ini adalah bagaimana beberapa warga Indonesia menilai dirinya sendiri. Ceritanya saat kemarin gue minta tanda tangan bebas laboratorium di Lab Pusat.
Cerita 1
: Permisi Pak, saya mau minta tanda tangan bebas lab
: Oh ya, sini sama saya
: *nyodorin pulpen yg selalu gue bawa ke mana-mana [snowman drawing pen 3.0]
: Saya pake yg ini aja mbak (nunjuk pulpen biasa), nggak biasa pakai pulpennya pejabat
: Ohiya Pak (ketawa asem)
Setelah itu, gue balik ke fakultas gue, minta tanda tangan lab lainnya.
Cerita 2
: Permisi Pak, saya mau minta tanda tangan bebas lab
: Oh ya, sudah mau ujian ya?
: Iya Pak, hehe
*nyodorin pulpen yg sama [snowman drawing pen 3.0]
: Semoga lancar yaa *tanda tangan, masukin pulpen gue ke kantong kemejanya
: Pak, maaf itu pulpen saya...
: Wah iya! Pulpen kita sama...hehehe *nyadar skrg ada 2 drawing pen di kantongnya
Entah kenapa negeri ini begitu senang membuat sesuatu yg harusnya mudah, jadi sulit.Ada beberapa surat yang butuh waktu pengurusan satu atau dua jam, ada juga yg perlu waktu seminggu karena harus bolak-balik nyari tanda tangan atau nunggu "tokoh" nya "ada di tempat".
Begitu juga sistem keluarnya surat itu. Setelah satu surat kelar, surat lain nunggu untuk diurus.
Kira-kira begini caranya mahasiswa akhir membuang waktunya dengan memikirkan beberapa hal berikut:
1. Ujian nggak akan bisa diadakan kalau surat-suratnya nggak lengkap.
2. Surat nggak akan lengkap tanpa tanda tangan.
3. Tanda tangan nggak akan terbubuhi kalau dosennya nggak ada di tempat.
4. Dosen nggak akan bisa tanda tangan kalau sibuk.
Yah....sibuk.
Ada juga opsi seperti ini:
1. Dosen sibuk, baik, tapi untuk nyocokin jadwal butuh 3-4 hari
2. Dosen baik banget, jadwal udaah ditentuin, tapi tiba-tiba ada undangan formal mendadak, akhirnya terpaksa balik ke poin 1.
3. Dosen nggak sibuk, tapi kemauannya bikin kita jadi sibuk.
4. Dosen nggak sibuk-sibuk banget, baiiiiiik banget, tapi rezekinya kita bukan dosen yg itu.
OKE. Balik ke judul.
Yg mau gue ceritain di tulisan ini adalah bagaimana beberapa warga Indonesia menilai dirinya sendiri. Ceritanya saat kemarin gue minta tanda tangan bebas laboratorium di Lab Pusat.
Cerita 1
: Permisi Pak, saya mau minta tanda tangan bebas lab
: Oh ya, sini sama saya
: *nyodorin pulpen yg selalu gue bawa ke mana-mana [snowman drawing pen 3.0]
: Saya pake yg ini aja mbak (nunjuk pulpen biasa), nggak biasa pakai pulpennya pejabat
: Ohiya Pak (ketawa asem)Setelah itu, gue balik ke fakultas gue, minta tanda tangan lab lainnya.
Cerita 2
: Permisi Pak, saya mau minta tanda tangan bebas lab
: Oh ya, sudah mau ujian ya?
: Iya Pak, hehe*nyodorin pulpen yg sama [snowman drawing pen 3.0]
: Semoga lancar yaa *tanda tangan, masukin pulpen gue ke kantong kemejanya
: Pak, maaf itu pulpen saya...
: Wah iya! Pulpen kita sama...hehehe *nyadar skrg ada 2 drawing pen di kantongnya
Hal yang mau gue tanyakan di sini adalah
Kenapa begitu banyak orang yg menilai dirinya sangat kecil, padahal kita diciptakan sama Yang Maha Besar?
Mungkin dari 10, ada 4 orang yang berperilaku kaya di cerita 1.
Mungkin dari 10, ada 4 orang yang berperilaku kaya di cerita 1.
Merasa kecil dalam tulisan ini adalah perilaku rendah diri.
Bukan merasa kecil karena kita nggak ada apa-apanya dibanding Pencipta.
Yg bagi gue, adalah kendala paling besar seorang manusia untuk berkembang.
Komentar
Posting Komentar